JELAJAH INDONESIA, Watampone. Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Sancereng Desa
Bolli Kecamatan Ponre Kab. Bone yang
berlangsung hikmat diikuti masyarakat di Dusun itu berakhir ricuh gara-gara
Imam Desa dan Kepala Desa gantian menyerang di atas Mimbar.
Kepala Desa Bolli Andi Najamuddin ketika memberikan sambutan
mengatakan, setelah pilkada Bone usai, marilah kita bersatu kembali karena
bukan tidak mungkin pada saat menjelang sampai pada hari pemilihan calon Bupati Bone ada yang
berseberangan paham/pilihan, katanya.
Kini saatnya kita kembali bersatu, semua baliho, gambar dan spanduk yang masih terpasang termasuk di depan rumah Pak Imam tolong dibuka, pinta Andi Najamuddin. Malah, sebaiknya seorang Imam Desa tidak demonsratif menunjukkan dirinya berada di salah satu pihak karena dia adalah pelayan masyarakat dan sebagai Tokoh Agama /Tokoh masyarakat sama dengan kepala Desa, tambahnya.
Diakhir acara, Imam Desa Bolli yang bernama Suhardi itu seharusnya tinggal menutup acara dengan baca Do'a, tapi malah kembali juga menyampaikan ceramah dan menyerang Kepala Desanya, yang seakan merasa tidak senang dengan kata sambutan yang disampaikan oleh Kepala Desanya tadi.
Kepala Desa adalah pemimpin yang harus bersikap jujur amanah, assyiddiq, dipercaya dan didengar omongannya, kata Suhardi/Imam Desa tersebut. Kalau yang namanya Pemimpin ada anggota masyarakat tidak mau dengar omongannya berarti dia itu sama halnya pajo-pajo ( bahasa bugis Red. ) bukan pemimpin, tapi kata "Pemimpin" itu dibuang saja huruf terakhirnya ( n ) sehingga dia bukan lagi Pemimpin tapi " Pemimpi " tambah Suhardi.
Karena merasa terhina di depan umum, Andi Najamuddin yang kelihatannya bersabar dari tadi, tidak bisa lagi menahan emosinya dan mendatangi Suhardi ditempat duduknya dan bertanya " apa kau bilang tadi.? " melihat gelagak yang tidak menguntungkan itu, orang-orang tua yang berada disekitarnya langsung berlompatan ramai-ramai memegang Kepala Desanya ( Andi Najamuddin ) dan acarapun berakhir dengan ricuh, hidangan yang sudah terpajang untuk dinikmati bersama tidak ada yang peduli dan masing-masing meninggalkan Masjid.
Kepala Desa adalah pemimpin yang harus bersikap jujur amanah, assyiddiq, dipercaya dan didengar omongannya, kata Suhardi/Imam Desa tersebut. Kalau yang namanya Pemimpin ada anggota masyarakat tidak mau dengar omongannya berarti dia itu sama halnya pajo-pajo ( bahasa bugis Red. ) bukan pemimpin, tapi kata "Pemimpin" itu dibuang saja huruf terakhirnya ( n ) sehingga dia bukan lagi Pemimpin tapi " Pemimpi " tambah Suhardi.
Karena merasa terhina di depan umum, Andi Najamuddin yang kelihatannya bersabar dari tadi, tidak bisa lagi menahan emosinya dan mendatangi Suhardi ditempat duduknya dan bertanya " apa kau bilang tadi.? " melihat gelagak yang tidak menguntungkan itu, orang-orang tua yang berada disekitarnya langsung berlompatan ramai-ramai memegang Kepala Desanya ( Andi Najamuddin ) dan acarapun berakhir dengan ricuh, hidangan yang sudah terpajang untuk dinikmati bersama tidak ada yang peduli dan masing-masing meninggalkan Masjid.
Hikmah Maulid yang disampaikan oleh Ustz Syamsul Bahri dikatakan, hanya ada 4 hal orang bisa masuk Surga : Pertama tidak musyrik atau tidak durhaka terhadap Allah. Kedua, juga tidak durhaka terhadap Ibu dan Ayahnya. Ketiga, taat beribadah menjalankan kewajibannya dan yang ke 4 tidak punya dosa terhadap sesamanya.
Rupanya, Hikmah Maulid tersebut tidak sempat dihayati oleh kedua orang yang bertikai tadi sampai hampir beranten dalam Masjid. Syamsul Bahri yang sempat ngomong di Jelajah Indonesia mengatakan, di sinilah perlunya kita masing-masing harus menahan diri, peristiwa ini kan, memalukan.
Editor : Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar